Hayat School Sejarah

Sejarah

Fenomena Sosial dan Sistem Pendidikan

Hayat School adalah buah dari pemikiran panjang dan diskusi yang sering dilakukan oleh M. Syahril Iskandar dan Sri Haryati terkait dengan berbagai fenomena sosial dan sistem pendidikan yang ada. Pada tahun 2014 mulai dibuat formulasi pendidikan yang berakar kuat dan berbuah kebaikan bagi anak dan lingkungan sekitarnya dengan terukur dan terstruktur.

M. Syahril Iskandar yang memiliki latar belakang Pesantren serta aktif diberbagai organisasi berperan sebagai konseptor utama, mulai dari pencarian nama, visi, misi, tujuan dan corporate identity (logo). Dia mulai mencari berbagai literatur pendukung, termasuk membedah kembali sistem pendidikan dari jaman Yunani, Romawi dan Islam. Hal tersebut berujung pada mulai dibuatnya formulasi pendidikan yang sekarang dikenal dengan sistem pendidikan ala hayat School. Didukung dengan kemampuan manajerial Sri Haryati yang berlatar belakang Keluarga Pendidikan (ayah dan Ibunya adalah Dosen), kakek mengelola Pesantren, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan, mengimplementasikan serta menjabarkan visi dan misi pada tataran silabus pendidikan dan manajemen harian sekolah.

Kondisi tersebut diperkuat oleh keinginan anak pertama mereka yang sedang duduk di kelas empat Sekolah Dasar menginginkan sekolah di rumah (sistem home schooling), sementara disisi lain ada kebutuhan yang perlu dipenuhi, yaitu belajar bersosialiasi. maka pada Tahun 2015 Hayat School mulai beroperasi dibangunan seluas 27/ 70 m2 dengan satu ruangan dan halaman kecil di kawasan komplek Pasirjati.

Siswa pertama hayat school sebanyak tiga anak dengan dua orang Guru. Berbeda dengan sekolah pada umumnya, di Hayat School siswa dan orang tua dilibatkan dalam upaya pengembangan diri anak. Aqidah Islam, Tafhimul Qur’an, Hydro therapy (berenang), craft, olah raga beladiri, cooking, hiking, dan out bond. Sementara, pengetahuan umum seperti matematika, ilmu pengetahuan alam dan lainnya disampaikan melalui berbagai aktivitas sekolah langsung praktek seperti outbond, cooking class, dan lainnya juga melalui game (permainan).
Beberapa bulan berikutnya, siswa terus bertambah sehingga pada tahun kedua diambil keputusan untuk mengontrak rumah tiga lantai yang berada tepat disamping bangunan pertama. Gurupun sudah tidak berbanding, sehingga dilakukan perekrutan guru baru. Dan terus dilakukan perbaikan sistem pendidikan.